Purwasuka – Buser Nusantara Sorot TV – Wulling Motor Arista Suci Bandung menggunakan pola premanisme yang diduga membawa back up ormas untuk menyelesaikan masalah dengan pihak ketiga yang dirugikan secara materi dan tim media.
Pada hari Rabu (23/4/2024) malam pukul 18.30 WIB, Kuasa Hukum Arista Suci, Febhi Lee memaksa tim media, Irfan Abdul Hakim dan Aik Hakiki untuk kembali lagi ke kantor Arista Suci dengan alasan untuk menyelesaikan masalah antara Arista Suci dan pihak ketiga , Riko Yue.
Padahal Riko Yue dan tim media sudah menunggu Kepala Cabang Arista Suci, Reza Ramadhan, Rabu (23/4/2024) dari pukul 09.00 sd 16.30 WIB. Saat itu, Reza mengaku sedang menemui kliennya di Cibiru, Kota Bandung.
Karena sudah terlalu lama menunggu, Riko dan tim media pulang. Singkatnya, media berperan sebagai kontrol sosial. Dengan bukti transfer anak buah Rico, Erwin Saefulloh ke rek PT Arista Jaya Lestari sebesar Rp 42 juta, dokumen PO atas nama Lany Riski Purnama yang ternyata fiktif, dan pemalsuan KK Agus Cahyadi yang dimasukkan nama Erwin Saefulloh sebagai keluarga.
Dengan bukti tersebut media mengangkat berita Manajemen Wulling Motor Arista Suci Diduga Menipu Pihak Ketiga. Pihak media sudah berusaha meminta hak jawab Kacab Arista Suci, Reza Ramadhan. Tapi Reza tidak mau menjawab pesan WhatsApp yang dikirim dan telepon yang tidak diangkat.
Setelah berita tayang, Manajemen Arista Suci kelabakan. Sang kuasa hukum Arista Suci, Febhi Lee memaksa media dan Rico kembali ke Bandung untuk menyelesaikan masalah.
Apalagi dengan lantang Febhi memberi waktu berita take down sampai Kamis (24/4/2024) pukul 13.00 WIB dengan dalih itu berita hoax
dan tidak ada keterangan dari Reza Ramadhan.
Akhirnya diambil kesepakatan antara kuasa hukum Febhi Lee dan Rico Yue untuk menyelesaikan permasalahan dengan baik, Kamis siang.
Tapi fakta di lapangan berbeda. Di dalam ruangan atas kantor Arista sudah menunggu belasan anggota ormas.
Yang sangat buruk, organisasi tersebut tidak membantu menyelesaikan masalah. Malah mengintimidasi wartawan.
Bukan hanya ormas yang mengintimidasi wartawan karena menilai membuat berita hoax, sang kepala cabang Arista Suci, Reza yang seharusnya berwibawa dalam menyelesaikan masalah, malah bertindak premanisme.
Saat Irfan berkumpul dengan ketua ormas, Reza dan beberapa anggota ormas datang sambil berteriak memarahi wartawan karena tidak memberikan ruang hak jawab.”
“Kamu tahu berita kamu salah. Jangan asal naikkan berita, tanya dulu ke saya,” kata Reza nada tinggi sambil menunjuk wajah wartawan.
Ketika dijawab, media sudah menunggu dari pagi sampai sore. Konfirmasi Telepon dan WhatsApp tidak direspon. Reza makin arogan.
“Emang kamu siapa? Seenaknya telepon dan WA saya,” katanya sambil berteriak.
Setelah intimidasi dari Reza, media diintimidasi oleh panglima ormas yang berbadan besar dan mengajak wartawan berkelahi.
“Maneh hayangna naon? Gelut jeung aing (apa mau kamu? Berkelahi sama saya),” katanya menantang.
Ditekan seperti itu, Irfan tidak takut karena merasa dirinya berada dalam posisi yang benar. “Mun wani, duel jeung aing hiji lawan hiji (kalau berani, duel satu lawan satu,” kata Irfan yang menjabat Ketua DPD IWOI Purwakata ini.
Suasana semakin kacau, anggota ormas lain melerai dan menarik wartawan keluar dari ruangan.
Menurut Irfan, profesi jurnalis harus siap mendapatkan tekanan dari semua pihak. Namun, jika benar jangan takut dengan dasar kebenaran.
Menyanggapi hal tersebut, Ketua Umum IWO Indonesia, NR Icang Rahadian, SH sangat menyayangkan intimidasi yang dilakukan manajemen Wulling melalui ormas terhadap insan media.
“Maju terus pantang menyerah. Selama kami benar, tidak perlu takut. Kami siap mengawal anggota IWO Indonesia yang diintimidasi saat memuatnya,” ujarnya.
( Tim )