Kehidupan para santri saat di pondok pesantren tentunya berbeda dengan mereka yang masih jadi anak rumahan. Banyak kisah unik lika-liku yang dialami mereka selama di pesantren. Anggapan bahwa pesantren adalah tempat yang membosankan untuk ditinggali merupakan stereotip yang tidak bisa dibenarkan. Buktinya, mereka hidup dengan penuh tawa riang gembira bersama kawan-kawannya, meski dengan aturan ketat dan serba dibatasi, tidak seperti layaknya remaja rumahan yang bisa nongki-nongki bebas, main game semalam suntuk, atau keluyuran di waktu malam.
Menjadi santri merupakan pengalaman unik tersendiri yang patut ntuk disimak. Hal ini tentunya tidak akan dialami oleh mereka yang tidak pernah nyantri di pondok pesantren. Mau tau lika-liku kehidupan santri di pondok pesantren? Yuk cari tahu lebih lebih lanjut berikut ini :
Menjadi Pengurus Organisasi Berasa Seperti Jadi Mentri
Tak ubahnya remaja SMP atau SMA pada umumnya, di pondok pesantren juga ada organisasi yang cukup bergengsi. Para santri yang dipilih oleh jajaran asatidz dan asatidzah akan dilantik untuk dijadikan pengurus organisasi. Pemilihan pengurus pondok ini tentunya untuk membantu para asatidz dan asatidzah dalam menjalankan peraturan pondok, sekaligus sebagai bagian dari latihan para santri dalam berorganisasi.
Seperti pelantikan para mentri, saat pelantikan tiba merupakan momentum yang cukup menegangkan bagi mereka yang akan dijadikan pengurus. Pasalnya, sebelum resmi jadi pengurus mereka akan dibaiat dengan sumpah jabatan dan disaksikan oleh seluruh jajaran asatidz dan asatidzah, termasuk pengasuh pondok, dan kyai. Hal ini membuat mereka merasa seperti sedang dilantik jadi mentri. Bedanya, jika mentri dilantik memakai celana dan sepatu, santri memakai sarung dan nyeker, alias tanpa memakai alas kaki. Hehe
Ikut Lomba di Luar Pesantren Demi Juara dan Uang Jajan Tambahan
Banyak yang mengira bahwa menjadi santri itu tak bisa berkembang, terkurung didalam pesantren tak bisa ke mana-mana. Pada kenyataannya, para santri yang berbakat justru akan diikutkan lomba-lomba bergengsi yang ada diluar pesantren. Mulai dari lomba tingkat kabupaten sampai bertaraf nasional. Tak jarang banyak santri menjadi pemenang juara lomba dan pulang membawa piala.
Selain mengharumkan nama pesantrennya, para santri juga merasa bahagia karena pulang-pergi diongkosi, makan gratis di tempat lomba, jika menang? pulang dari lomba dapat piala, piagam, dan yang terpenting uang jajan tambahan yang cukup untuk belanja sebulan.
Menjadi Personil Hadroh. Ajang Unjuk Gigi di depan Santri Putri
Di pesantren, kehidupan santri laki-laki dan perempuan dipisah. Mereka belajar secara terpisah tak seperti di sekolah yang kelasnya bercampur laki-laki dan perempuan. Ada satu strategi santri putra agar dikenal santri putri diantaranya ikut ekstrakulikuler hadroh.
Mengikuti ekskul hadroh ini khusus bagi santri putra. Ibarat menyelam sambil meminun air, menjadi personil hadroh adalah strategi bagi santri putra selain agar lebih dikenal oleh para santri putri, juga kesempatan untuk curi-curi pandang kepada santri putri. Cihuy.
Bertemu dengan Berbagai Karakter Teman. Dari yang Jorok hingga Super Keren
Berbeda saat masih di rumah, kita tak akan menemui kehidupan kebersamaan seperti halnya kehidupan santri di pesantren. Dari mulai tidur sekamar dengan puluhan santri lain, antri saat mandi, rebutan jajanan kalo ada yang lagi bestel, dsb.
Jika di rumah kita hanya berteman dengan anak-anak lain yang masih satu daerah, di pondok pesantren para santri akan bertemu dengan berbagai macam teman dari berbagai daerah. Tentunya dengan karakter khas yang bermacam-macam. Ada yang jorok kalo makan gak cuci tangan dulu, jarang mandi dan sikat gigi sehingga menimbulkan semerbak bau mulut yang aduhai, ada pula santri yang super keren, kemana-mana selalu dandanan necis, rapi dan wangi.
Dari Terkantuk-kantuk Saat Ngaji Sampai Ketiduran Gak Ada Yang Bangunin
Berbeda dengan kegiatan anak rumahan, santri punya kegiatan ngaji malam yang cukup padat. Sehingga, saat waktu subuh tiba untuk berangkat ngaji Qur’an, banyak santri yang masih terkantuk-kantuk memaksakan diri agar bisa ngaji. Melihat ekspresinya yang lucu saat ngaji sambil mengantuk, hingga selesai ngaji ada juga yang ditinggal teman-teman ngajinya, bangun-bangun eh tempat ngaji sudah sepi.
Ngantri Berebut Kamar Mandi
Bukan santri kalo tidak berebut kamar mandi. Kita gak akan menemukan kehidupan ngantri di kamar mandi hingga berebut mandi duluan seperti di pondok pesantren. Dengan jumlah kamar mandi yang terbatas, sedangkan jumlah santri ribuan ini membuat santri mau gak mau harus antri bergiliran di kamar mandi. Saat waktu sekolah pagi tiba, mereka rebutan untuk duluan ke kamar mandi. Pengalaman yang hanya dimiliki santri, ngantri di kamar mandi.
Sandal Hilang Dighosob Entah Siapa
Seringkali sandal hilang dighosob entah siapa. Istilah ghosob sendiri hanya ada di Pondok pesantren. Ghosob, atau mengambil barang milik orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya merupakan hal yang lumrah ada di pesantren. Motto santri: pesantren adalah milik kita bersama. Apa yang menjadi milikmu adalah milikku jua.
Termasuk persoalan sandal jepit. Tak jarang ketika santri berangkat ke masjid memakai sandal, pulang-pulang sudah nyeker. Kadang-kadang, tak hanya sandal santri yang dighosob, sandal kyai pun seringkali jadi korban ghosob para santri. Tapi yang namanya santri, punya aja dalil akal-akalan saat tau dirinya ghosob sandal kyai. Tenang, barang-barang milik kyai itu berkah, sebab kyai itu orang yang ikhlas ridlo dunia akhirat. Gak mungkin disebut kyai kalo gak ikhlas ridlo sama santri-santrinya. Eits, bercanda.
Itulah beberapa kisah lika-liku kehidupan santri yang ada di pondok pesantren. Masih banyak kisah unik lainnya.
Mau tau lebih banyak kisah unik santri, yuk ikutan jadi santri.
Ayo mondok di Kampus Prestasi Berkarakter Islami, mondok itu keren. Tertarik memondokkan anaknya di Pondok Pesantren Madinatunnajah kota cirebon, segera daftarkan putra dan putrinya.
**Shi Abah Thea**