*INIKAH ZAMAN KALATIDA?*

Pendidikan16 Views

Cirebon,busernusantarasorottv.com-Kondisi kita akhir-akhir ini mirip dengan apa yang diilustrasikan oleh pujangga Rangga Warsita (Ronggowarsito) sebagai Zaman Edan dalam Serat Kalatida, yakni Zaman suasana penuh dengan gemuruh suara yang berseberangan.

 

Pertengkaran antar institusi penegak hukum semakin mengemuka. Ibarat sebuah skenario, semua konflik berada dalam fase klimaks dengan tensi yang semakin tinggi. Kondisi ini berimbas pada hilangnya kepercayaan publik serta runtuhnya wibawa institusi pemerintah.

 

Dalam pidato penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada Selasa 4 Maret 2008, penyair WS Rendra menyampaikan Orasi Kebudayaan berjudul: “Megatruh Kambuh: Renungan Seorang Penyair dalam Menanggapi Kalabendu”.

 

WS Rendra mengatakan, tata hukum, tata kenegaraan dan tata pembangunan di negeri ini telah mendorong lahirnya ’kalatida’ dan ’kalabendu’.

 

“Kalatida adalah zaman ketika akal sehat diremehkan, perbedaan benar dan salah, baik dan buruk, adil dan tidak adil, tidak digubris. Sedangkan kalabendu adalah zaman yang mantap stabilitasnya, tetapi alat stabilitas itu adalah penindasan. Ketidakadilan malah didewakan”.

 

Penyair ini mengingatkan kembali isyarat dari penyair Ronggowarsito bahwa bangsa Indonesia harus bersikap waspada menghadapi kalatida dan kalabendu.

 

Rendra juga mengingatkan akan datangnya zaman kalasuba bersama ratu adil. Kalasuba adalah zaman stabilitas dan kemakmuran.

 

Datangnya zaman

Kalasuba didahului oleh _chaos._ Kalasuba pasti akan tiba karena dalam setiap _chaos_ secara _built in_ ada potensi untuk stabil dan teratur. Fase zaman _chaos_ inilah yang agaknya dimaksudkan sebagai zaman _goro-goro_ dalam karya sastra Jawa lainnya, yaitu serat Jayabaya.

 

Tetapi kestabilan itu belum tentu baik untuk kelangsungan kedaulatan rakyat dan manusia yang menjadi unsur penting untuk emansipasi kehidupan secara jasmani, rohani, sosial, intelektual dan budaya. Dalam sejarah, kita mengenal kenyataan bahwa setelah _chaos_ revolusi Perancis, lahirlah kestabilan pemerintahan Napoleon yang bersifat diktator.

 

“Karena kita tidak menghendaki kalasuba yang dikuasai diktator, tidak pula yang dikuasai kekuasaan asing,” maka Rendra mengajak semua orang aktif mengembangkan usaha untuk mendesak perubahan tata hukum, tata kenegaraan dan tata pembangunan, sehingga menjadi lebih baik sebagai daya hidup dan daya cipta bangsa. “Situasi semacam itu tidak tergantung pada hadirnya ratu adil, tetapi pada hukum yang adil, mandiri dan terkawal.”

Baca Juga  SMA 07 PUTRI HUJAU B/U GELAR ACARA BULAN BAHASA MEMPERLIHATKAN BAKAT DAN MINAT PARA SISWA, ACARA DISUGUHKAN DENGAN 17 PERLOMBAAN

 

https://kmp.im/plus6

 

Serat Kalatida adalah sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa karangan Raden Ngabehi Rangga Warsita, berbentuk tembang macapat, ditulis sekitar tahun 1860 Masehi.

 

Kalatida bukanlah karya Rangga Warsita yang terpanjang. Syair ini hanya terdiri dari 12 bait dalam metrum Sinom dan seluruhnya ditulis menggunakan aksara Jawa.

 

Kala tidha secara harfiah artinya adalah “zaman gila” atau jaman edan seperti ditulis oleh Rangga Warsita sendiri.

 

Syair Kalatida bisa dibagi menjadi tiga bagian: bagian pertama adalah bait 1 sampai 6, bagian kedua adalah bait 7 dan bagian ketiga adalah bait 8 sampai 12. Bagian pertama tentang keadaan masa Rangga Warsita yang tanpa prinsip. Bagian kedua berisi ketekadan dan introspeksi diri. Sedangkan bagian ketiga adalah sikap seseorang yang taat dengan agama di dalam masyarakat.

 

Bagian terpenting Serat Kalatida terdapat pada bait ke-7:

 

_Amenangi jaman edan_

_Ewuh aya ing pambudi_

_Milu edan ora tahan_

_Yen tan miluang lakoni_

_Boya kaduman melik_

_Kaliren wekasanipun_

_Ndilalah karsa Allah_

_Begjabegjane kang lali_

_Luwih begja kang eling lawan waspada._

 

“Hidup di jaman gila, serba sulit dan repot dalam bertindak. Ikut gila tidak tahan, kalau tidak ikut melakukan, tidak kebagian pendapatan, kelaparan akhirnya. Namun sudah menjadi kehendak Allah, sebahagia-bahagianya orang yang lupa diri, masih lebih bahagia yang ingat dan waspada.”

 

*Zaman Kalatida dan Zaman Ruwaibidlah*

 

Deskripsi tentang ciri-ciri Zaman Kalatida di atas, paralel dan koheren dengan ciri-ciri Zaman Ruwaibidlah:

 

Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: “Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati, dan Ruwaibidlah turut bicara. Lalu beliau ditanya, Apakah Ruwaibidlah itu? beliau menjawab: Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum.” (HR: Ibnu Majah).

Baca Juga  PEMERHATI DUNIA PENDIDIKAN KORSEL BERTEMU BUPATI SAMOSIR 

 

Rasulullah SAW menjelaskan ruwaibidhah adalah orang yang kerdil jiwanya, hina, dan tidak mengerti bagaimana mengurus orang banyak. Pengertian lain menyebutkan bahwa ruwaibidlah merupakan orang yang rusak alias tidak memahami persoalan namun ikut berbicara mengenai masyarakat umum.

 

Singkatnya, ruwaibidlah adalah orang bodoh yang tidak memiliki kapasitas, namun ikut campur dalam urusan banyak orang.

 

Salah satu keistimewaan Rasulullah ﷺ ialah beliau mampu berbicara singkat tapi padat makna.

 

Tentang hal ini Rasul bersabda, “Aku diberi oleh Allah kemampuan untuk mengungkapkan sesuatu dengan kata-kata yang singkat, ringkas, namun isinya padat.”

 

Hadis tentang Zaman Ruwaibidlah adalah satu dari banyak Hadits dengan redaksi yang singkat, padat, dan dalam maknanya.

 

Prof Abbas Mahmoud Al-Akkad, guru besar dan sastrawan terkemuka abad ke-20 asal Mesir, memberikan komentar tentang keistimewaan Rasulullah ﷺ.

 

Ia mengatakan, “Contoh-contoh hadis seperti itu dalam dasar-dasar politik, moral, ekonomi, dan sosial sangat banyak dan sulit dihitung jumlahnya. Nabi Muhammad ﷺ adalah orang yang fasih bahasanya, fasih lisannya, dan fasih penyampaiannya.

 

Ia sangat pandai mengungkapkan perkataan dalam kalimat yang indah, penuh makna lagi berbobot, bahasanya ringkas penuh makna, dan keindahan bahasanya mencapai puncak kemuliaan. Pada lisan dan hatinya terdapat tanda-tanda kerasulan, bahkan beliau adalah teladan para rasul”.

 

 

*Refleksi*

 

Deskripsi Zaman Kalatida dalam Serat Rangga Warsita adalah pandangan Eskatologi Jawa yang paralel dan koheren dengan deskripsi Zaman Ruwaibidlah dalam Eskatologi Islam yang disebutkan dalam Hadits Riwayat Ibnu Majah.

 

Sebagai Penasihat Spiritual, Rangga Warsito bergelar Raden Ngabehi.

 

Raden berasal dari kata “rahadian” atau “roh-adi-an” (roh=ruh, sukma; adi=luhur, mulia). Raden juga setara dengan _radin_ (rasa, perasaan); dan mengacu pada kata _radya_ (negeri, keraton, atau pemangku negeri).

Baca Juga  Pembangunan tembok penahan tanah (TPT) smp N 1 panawangan di sinyalir asal asalan

 

Gelar umum bagi bangsawan Jawa ini berarti pemangku negeri yang telah mencapai keluhuran nurani, kemuliaan akhlak, ketajaman perasaan, dan kelembutan hati nurani.

 

Sedangkan kata _Ngabehi_ pada gelar _Raden Ngabehi_ Rangga Warsita menunjukkan posisi sebagai sesepuh atau orang yang dituakan oleh Keraton (Sultan atau Susuhunan).

 

https://historia.id/kultur/articles/jinarwa-raden-ngabehi-ranggawarsita-Pdq76

 

Dengan demikian, gelar _Raden Ngabehi_ merefleksikan karakter Raja Jawa Ideal di Zaman Kalasuba. Tetapi sebelum zaman itu datang, akan didahului oleh Zaman Kalatida dengan karakter yang bertolak belakang, sehingga akan membawa kepada fase Kalabendu atau Goro-goro.

 

Serat Kalatida adalah bentuk perlawanan epistemik Ranggawarsita, terhadap pemerintah kolonial Belanda, yang diikuti strategi para pemimpin tanah Jawa dengan mengirimkan para ulama ke Mekah guna menyempurnakan pengajaran dan penyebaran Agama Islam, sebagai strategi antisipasi dalam menghadapi Zaman Kalatida dan Kalabendu.

 

Tugas Penasihat Spiritual Keraton adalah mengawal standar kepemimpinan Raja Jawa agar selaras dengan pakem _Raden Ngabehi_. Jika standar kepemimpinan itu menyelisihi pakem ini, maka akan terjadi zaman _Kalatida_. Zaman _Kalatida_ akan menuju ke zaman _Kalabendu_, dan zaman _Kalabendu_ adalah fase transisi menuju zaman _Kalasuba_.

 

Begitulah, sebagaimana Ibnu Khaldun, Rendra dalam orasi kebudayaannya itu juga memahami filosofi peradaban secara siklikal.

 

Karena itu, Serat Kalatida bisa juga dipandang sebagai interpretasi penasihat Spiritual Keraton Surakarta ini tentang Zaman Ruwaibidlah yang disebutkan dalam Hadits Ibnu Majah. Dan hari ini, tidak sulit bagi kita untuk mengenali bahwa orang-orang yang tidak kompeten berlomba-lomba mengurusi kepentingan umum; _Nubuwwah_ tentang Zaman Ruwaibidlah kini telah bertemu dengan Zaman Kalatida

 

***Si abahroy67***

 

Crb 28/8/2024

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *