Samosir,busernusantarasorottvcom-Sakti, Pusuk Buhit, Bania Raja, hingga seluruh bentang yang memeluk Tao Toba—adalah taman bumi bagi dunia, secercah “Luat Nauli Mutik ni Surgo”, keindahan surga yang dititipkan di tanah Batak.
Hinca mengatakan, kontemplasi dan harapan torsa dan turi-turian ni FWELB Rumahela 2025 sebagai ruang jawab kartu kuning UNESCO kepada Geopark Kaldera Toba.
Geopark, taman bumi, adalah wilayah yang menyatukan tiga pilar utama: keragaman geologi (geodiversity), keragaman hayati (biodiversity), dan keragaman budaya (cultural diversity).
Ketiga unsur ini saling terkait erat, saling menopang, dan tidak dapat dipisahkan. Menjaga geopark berarti menjaga bumi sekaligus memelihara identitas budaya manusia yang hidup diatasnya. Dan ketiga diversity itu sempurna ada di situs Parhutaan Rumahela.
Tahun 2021, dunia menyapanya: UNESCO menetapkan Geopark Kaldera Toba sebagai bagian dari surga kecil di bumi—Luat Nauli Mutik Ni Surgo.
Tapi dunia juga mengingatkan. Indonesia sempat diberi peringatan. Teguran halus berbentuk “kartu kuning”. Sebab taman surga ini dianggap kurang terawat, kurang dicintai, kurang dijaga.
“Tapi ditengah semua itu, Rumahela tidak ikut mundur. Ia tetap berdiri. Diam, tapi lantang. Tak banyak bicara, tapi setia menjadi bagian dari perjuangan panjang menjaga Kaldera Toba—jauh sebelum pujian dunia datang, sejak Presiden SBY menetapkannya sebagai Geopark Nasional pada 2014”, tutur Hinca Panjaitan.
Hinca mengajak untuk saling menginspirasi dan membangun kolaborasi yang tulus, sebab merawat bumi dan melestarikan budaya hanya mungkin terwujud dalam kebersamaan yang setia.
“Ini bukan sekedar ikhtiar akan tetapi menjadi panggilan kepada anak muda Batak untuk melestarikan budaya. Kami ingin Bupati Vandiko meneruskan perjuangan ini”, kata Hinca Panjaitan.
Hadir dalam acara ini, Pabung Kodim 0210/TU Mayor G. Sebayang. Penasehat Komunitas Rumahela Nurhayati Situmorang. Ketua Panitia Angelbertha Silalahi, Ketua Pelaksana Jabuhit Panjaitan, Ketua Komunitas Rumahela Diego Naibaho, Pimpinan OPD, Camat, Kepala Desa, beserta keluarga besar Komunitas Rumahela se-Indonesia. (Jhones turnip)






